Dangdut Klasik-Dangdut Erotis (evolusi atau degradasi)

Posted: Juli 27, 2008 in Cangkruan, Sosial Kemasyarakatan, Uncategorized
Tag:, , ,

Tahun 1970-an, dangdut dikenal juga dengan nama musik melayu. Musiknya mendayu-dayu, mendengarkannya orang bisa menikmatinya sebagai sebuah alunan lagu. Contoh-contoh artis dangdut jaman itu adalah Ida Laela, Ahmadi dan grupnya Arwana. Gayang seperti saat ini tidak pernah dibayangkan oleh orang masu lalu bisa ada pada msuik dangdut, memang terdapat orang bergoyang tapi santai sangat santai lagu-lagu saat itu mirip-mirip lagu Melayu yang saat ini masih terdapat di Sumetera.
Era Rhoma Irama menjadi penanda awal bagi musim dangdut, musik yang asalnya mendayu-dayu dan terkesan monoton dirombak oleh Rhoma dengan memadukan unsur Rock dan India. Jadilah musik dangdut menjadi lebih atraktif dan lebih enerjik, orang bergoyang pun mulai lebih bersemangat. Artis-artis pada periode ini adalah Rhoma Irama, Elvi Sukaesih, Mansur S, dll. Periode artis-artis tersebut berjaya pada tahun 1980-an, tahun 1990-an nama seperti Imam S. Arifin, Jamal Mirdad, Evi Tamala, Yus Yunus, A. Latief, dst.  sempat berjaya. Priode ini bertahan hingga tahun 2000, tahun 2001 musik dangdut memulai babak baru, musik massa ini dihebohkan dengan kemunculan ikon baru, Inul Daratista. Nyanyian dangdut kemudian diramu dengan goyang yang menggoda sungguh membuat banyak penikmat musik dangdut pinggiran mengenal sosok Inul. Saya sendiri mengenal Inul baru pada tahun 2000-2001, saat itu Inul sudah menjadi perbicangan di kalangan penimat dangdut Jawa Timur. Tapi jujur Inul banyak terkenal di kalangan para pemuda di JawaTimur. Dan baru tahun 2002 Inul hijrah ke Jakarta dan menelorkan lagu yang masih digarap dengan apa adanya, entah apa judul lagunya saat itu (seingat saya, Inul sudah tampil di TV nasional sebelum lagu “Cinta dikocok-kocok”).
Sejak fenomena Inul, penyanyi yang memadukan musik dangdut dengan goyangan hot terus bermunculan, Uut Permatasari menjadi penyanyi yang menasional yang mewakili kelompok ini. Padahal setahu penulis, berdasarkan rekaman video Uut pada saat ia tampil dari panggung desa ke desa lain ia adalah seorang penyanyi manis dan kalem, goyangannya biasa-biasa saja, tak tampak bahwa ia akan menjadi ikon goyang hot. Tentu saja saat Uut hijrah ke Jakarta dan menelurkan lagu putri panggung saya menjadi kaget dengan perubahan yang dramatis tersebut. Pada saat saya pergi ke Taman Remaja Surabaya (TRS) Uut juga hadir untuk mengisi acara off air, dan saya bertambah kaget saat Uut menyodorkan bokongnya ke penonton seakan menantang penonton pria yang melihatnya, hingga saya sempat berpikir nakal, “Berapa harga bokong Uut, ya?” :-). Walau pun saya harus beristigfar atas niat jahat tersebut. Setelah kesuksesan dua orang biduan dangdut tersebut muncul banyak biduan beraliran serupa, sebut saja nama Trio Macan, kembar srikandi, dewi perssik, dll.

Orkes-orkes melayu pun berkembang dari orkes yang beralat musik lengkap yang untuk mengundangnya membutuhkan uang di atas lima juta berkembang hingga orkes yang hanya mengandalkan organ tunggal yang bertarif satu juta-an. Dan seronoknya hampir semua orkes-orkes tersebut mengandalkan tubuh dan goyangan dalam setiap pementasannya. Padahal suara penyanyinya pas-pasan, pas didengar pas dilihat.

Sedikit menengok ke belakang lagi. Sebenarnya dangdut dengan tari seronok dan musik keras itu sudah berkembang sejak tahun 1990-an. Saya melihatnya di pub-pub di kawasan merah Dolly. Di tempat-tempat tersebut, musik dangdut yang masih biasa-biasa saja dipadu dengan musik remix atau disco, tak tanggung-tanggung lagu-lagu Rhoma Irama yang bernada agamis pun di jadikan remix dan kemudian diperdengarkan dengan biduan-biduan samlohe lengkap dengan minuman keras di meja pengunjung. Nah, jika menilik dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya fenomena musik dangdut erotis yang banyak diperankan organ-oragan tunggal berawalnya dari sini, dulu hiburan yang hanya bisa dinikmati di ruangan terbatas tersebut yang meniknatinya harus sembunyi-sembunyi dari istri kini bisa dinikmati secara bebas oleh masyarakat umum dipertonotonkan di hadapan publik mulai dari nenek-neke peyot hingga anak-anak kecil yang berada dalam masa duplikasi prilaku.

Entah ini evolusi musik dangdut atau degradasi kualitas. Jika evolusi seharusnya musik dangdut mengarah pada kualitas yang lebih baik dari sebelumnya, tapi buktinya tidak. Musik dangdut saat sekarang ini kering dari nilai-nilai, musiknya tidak menggambarkan seni tingkat tinggi, lagunya pun banyak yang daur ulang dari lagu-lagu lama. Apalagi jika dilihat dari penciptaan lagu, era penciptaan lagu dangdut saat sekarang ini jauh tertinggal dari penciptaan lagu dangdut tahun 1980-1990-an baik secara kuantitas maupun kualitas. Tapi mau bagaimana lagi, eksploitasi goyangan dan tubuh akan terus marak karena laki-laki juga lebih suka melihat atau lebih tepatnya memelototi tubuh wanita ketimbang menilai kualitas suara dan artistik sebuah lagu yang dibawakan serta pesan yang ingin disampaikan. Entah ini evolusi atau degradasi?.

Komentar
  1. olvy berkata:

    judulnya ‘dikocok-kocok’ by Inul *penting banget ga seh q kasih tw dirimu? hehew*

    kalo aku masih keingetan bangets ma jaman tahun 90-an jamannya nyanyi dangdut sambil nangis2 itu looh… 🙂

    kalo masalah goyang yang begituan aku jd scpeechless 🙂

  2. kamaludin berkata:

    dengan hormat, kalo bisa lirik atau syair lagu lagu mansyur di tampilkan dengan lengkap. terima kasih

  3. rony berkata:

    yayayaya…. mmg kita perlu mnengok kebelakang…!
    dengan bgitu, pertanda kita gk pnya “spion”….
    tp klw gk gitu, yo gk payu…
    gk isok mangan….
    disuruh tawakkal atw krja apa adanya, iman mereka gk trima…trus enaknya gimana..?!?!?!?

  4. Ihsan Maulana berkata:

    buat Kamaluddin untuk lirik lagu Mansyur bisa langsung dicari di searc engine google. Maaf, untuk sementara saya belum bisa menyediakan
    Untuk Mas Roni, gak tahu ya Kang. Saya yakin bahwa semua orang bisa makan. Saya berangkat dari keyakinan bahwa masing-masing orang memiliki rizkinya sendiri dan malaikat tak kan pernah salah untuk memberikan. Dari itu tak perlulah merusak moral hanya untuk sesuap nasi. kita butuh musik yang mendidik bukan merusak. Menurutku kreatifitas tak harus selalu berarti pornografi. masih banyak seribu satu kreatifitas yang bisa didesain

  5. riva berkata:

    setau saya bukan arwana deh boz?!

  6. Ihsan Maulana berkata:

    Setahu sih begitu Riv. mohon saya dikasih tau jika ada kesalahan

Tinggalkan Balasan ke kamaludin Batalkan balasan