Archive for the ‘Renungan’ Category


Data BKKBN tahun 2013 menyatakan bahwa para remaja Jabotabek 51% sudah tidak perawan. Survey lain dilakukan KPPA (Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) dengan menggunakan random sampling pada tahun 2010 menyatakan 80% remaja putri di Ponorogo pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sedangkan pada remaja pria, data angka persentasenya sedikit lebih besar lagi. Angka persentase itu berarti dapat dibaca sebagai 4 orang gadis dari 5 orang gadis yang ada di Ponorogo itu sudah pernah melakukan seks pra nikah sehingga sudah tidak perawan lagi. (lebih…)


jujur tulisan ini dilatarbelakangi rasa sebel saya saat membaca disertasi seorang kawan bernama Mahrus As’ad (dosen STAIN Metro) yang mensifati paham jabariyah sebagai jumud, tidak kreatif, masa bodoh, dan tidak bergairah menghadapi kehidupan. Lebih lengkapnya berikut adalah tulisannya:

manusia fatalis (jabariyah) adalah manusia yang terlalu menonjolkan sikap pasrah berlebihan terhadap taqdir Allah, akibat kuatnya pengaruh teologi Jabariyah dari al-Asy’ari yang cenderung fatalistis, serta ajaran  tasawuf yang mengedepankan qana’ah secara pasif, yaitu sikap menerima taqdir Tuhan secara total, sehingga menyebabkan terabaikannya kemampuan dan ikhtiat manusia. Keyakinan ini pada gilirannya membawa manusia pada sikap berserah dan bergantung sepenuhnya pada kekuasaan mutlak Tuhan, nrimo, jumud, masa bodoh, tidak kreatif, tidak bergairah menghadapi kehidupan, dan mudah menyerah pada nasib (taqdir) yang secara determinan telah ditentukan Tuhan sebelumnya (Mahrus Mas’ud, 2008, 236)

(lebih…)


Jika mencari orang-orang bodoh carilah di media sosial, jika ingin mencari orang-orang pander carilah di media sosial, jika ingin mencari orang tidak bertatakrama carilah di media sosial. Di media sosial, persepsi terkadang lebih utama dibanding fakta dan data. Di media sosial, seorang professor bisa dibabat dengan sedemikian sadis oleh orang tidak berpendidikan. Media-media online yang memuja rating pun memperkeruh suasana. Tak jarang mereka mengabarkan atau lebih tepatnya menyesatkan para penghuni media sosial oleh berita-berita sesat mereka. Entah sengaja atau tidak, tapi cara itu banyak berhasil merayu dan menggoda para penghuni media sosial bermental pandir. (lebih…)


Terdengar suara merdu pemuda mengaji dari masjid-masjid di Ciputat pada malam bulan Ramadhan. Ditilik dari suaranya, tampaknya yang mengaji berumur 20 sampai 30 tahunan. Bacaan yang mengingatkanku kembali pada masa kecilku di sebuah kampung di tengah Kota Surabaya. Setiap bulan Ramadhan saya dan anak-anak kampung bergiat ke musolla KH. Ghufron faqih, sebuah langgar kecil yang terletak 100 meter di selatan rumahku.  Kelak dikemudian hari langgar ini berubah nama menjadi masjid Sayyid Abbas al-maliki karena dibangun oleh ustad di kampungku, murid sayyid Abbas yang saya panggil Ustad Ihya’. Sekarang nama resminya menjadi KH. Ihya’ Ulumuddin dan menjadi pengasuh pesantren Pujon, Malang. (lebih…)


Beberapa hari ini saya mengedit naskah artikel teman-teman saya di kelas doctoral pada Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta untuk mata kuliah Comprehensive Islam. Dahulu awalnya, kami para peserta kelas bingung, ini sebenarnya Prof. Azyumardi Azra (koordinator dosen) mau kemana. Kami yang berasal dari berbagai disiplin ilmu berada dalam satu kelas dan diajari oleh bermacam dosen dengan beragam disiplin ilmu pengetahuan. Mulai dari disiplin ilmu sejarah hingga kedokteran. Tapi di kemudian hari kami sadar bahwa  hal tersebut ternyata bermanfaat bagi kami para peserta kuliah. (lebih…)


Ada satu hadis terkenal berbunyi, “sataftariqu ummati ala ahada wa sab’ina firqatan”. Akan terbagi umatku pada  tujuh puluh satu golongan. “kulluhum fin nar illa wahida”. Semuanya di neraka kecuali yang satu. “ma ana ‘alayhi wa ashhabiy”. Yaitu yang mengikuti ajaranku dan ajaran para sahabatku. Dalam teks yang lain disebutkan, “ma ana ‘alayhi wa ahli bayti”. Yaitu yang mengikutiku dan sanak keluargaku. Dalam teks yang lain disebutkan pula,”kulluhum fil jannah illa al-wahidah” semuanya di surge kecuali yang satu golongan. (lebih…)


Seringkali sebagian umat Islam selalu mencari pembenaran wahyu (al-Qur’an) melalui sains. Hal ini baik, setidaknya semangatnya baik. Cuma bahayanya ada dua. Pertama, jika ada wahyu atau ayat al-Qur’an yang tak sama dengan sains maka wahyu bisa-bisa ditinggalkan oleh orang macam ini. kedua, jika ternyata ada kesesuaian antara ayat al-Qur’an dengan temuan sains lalu temuan sains tersebut terbantahkan oleh temuan sains termutakhir maka bisa jadi ayat al-Qur’an bisa disalahkannya atau sains yang ia salahkan secara membabi buta. Lalu sebenarnya , bagaimanakah seharusnya hubungan agama (Islam) dengan sains. (lebih…)