Posts Tagged ‘Surabaya’


“Usht…!! “ Begitu suara seperti bersiul datang dari semak semak saya dengar.

Malam ini, sengaja saya bersepeda angin (road bike) sendirian dari Surabaya Barat ke Surabaya Tengah. Sengaja pula saya tak melewati jalan utama tapi sedikit melingkar melewati Makam Belanda yang dikenal sebagai Makam Kembang Kuning. Memasuki area Makam Belanda dari arah barat. Makam yang biasanya di luar negeri sepi, di sini terlihat menjadi tempat alternatif “tidak wajar” Bagi sebagian orang membuka warung kopi dan rokok.

Terus menuju jalan di tengah makam mulai ada suara suara “usht…!!! Seperti suara memanggil. Mendengar suara memanggil, saya memperlambat sepeda saya, semakin dekat dari Makam semakin terlihat ada gerakan manusia. Semakin dekat terlihat sesosok tubuh berambut panjang dan berok pendek. (lebih…)


Terdengar suara merdu pemuda mengaji dari masjid-masjid di Ciputat pada malam bulan Ramadhan. Ditilik dari suaranya, tampaknya yang mengaji berumur 20 sampai 30 tahunan. Bacaan yang mengingatkanku kembali pada masa kecilku di sebuah kampung di tengah Kota Surabaya. Setiap bulan Ramadhan saya dan anak-anak kampung bergiat ke musolla KH. Ghufron faqih, sebuah langgar kecil yang terletak 100 meter di selatan rumahku.  Kelak dikemudian hari langgar ini berubah nama menjadi masjid Sayyid Abbas al-maliki karena dibangun oleh ustad di kampungku, murid sayyid Abbas yang saya panggil Ustad Ihya’. Sekarang nama resminya menjadi KH. Ihya’ Ulumuddin dan menjadi pengasuh pesantren Pujon, Malang. (lebih…)


Dalam sebuah acara Imaba Surabaya

Dalam sebuah acara Imaba Surabaya

Saya menulis ini tidak hendak untuk menjeneralisir macam-macam santri Urban di Surabaya, tapi ini hanya pengalaman pribadi berkaitan dengan para alumni pesantrenku di sebuah desa di Madura. Perlu diketahui bahwa pesantren kami adalah pesantren salaf alias pesantren tradisional. Di samping cara berpakaiannya yang tradisional yang disimbolkan dengan sarung, kopyah dan terompah, di pesantren kami para santri juga dilarang bermain musik. Alasannya sangat literlek, karena Nabi pernah melarang bunyi-bunyian semisal gendang ataupun seruling dalam hadis-hadis ahad. Sebuah alasan yang sebenarnya menjadi perkara yang debatable hingga saat sekarang ini karena sebagian pemikir muslim lainnya mengatakan tidak apa-apa yang penting tidak mengundang syahwat birahi dan kemaksiatan lainnya. (lebih…)


Taman Surya di saat SubuhDari kejauhan tampak belasan orang di depan pemkot Surabaya sedang merentangkan tangan, kemudian menurunkannya kemudian melakukan gerakan seperti menarik nafas. Sejenak dari kejauhan terlihat seperti gerakan taichi dalam film-film Hongkong yang sering saya tonton. Semakin mendekat ke arah orang-orang dengan berbagai kelompok umur itu saya mulai tahu bahwa itu adalah mereka yang sedang mempraktekkan Falun Dafa atau yang biasa disebut sebagai Falun Gong. Sebuah gerakan (kesehatan) yang dilarang sampai sekarang oleh Partai Komunis Cina (PKC). Tapi saya tak ambil peduli dengan sikap Cina tersebut, bagi saya selama bermanfaat dan baik buat manusia, silahkan dikerjakan. (lebih…)


Tadi malam (01 Desember 2010) saat jam menunjukkan pukul 10 malam, saya cangkruk dengan dua orang sahabat. Sebut saja namanya adalah Ram dan Ridho. Pertamakali, saya cangkruk bersama Ram dan saat itu Ridho belum datang. Ram curhat kepadaku tentang dua pacarnya yang sama-sama hamil. Yang pertama lambat menstruasi satu minggu dan yang kedua sudah hamil satu bulan. Dia pusing karena tak tahu harus berbuat apa. Disamping karena kedua pacarnya masih dalam masa pendidikan, ia juga tidak bisa berpikir dan tak pernah membayangkan bagaimana harus menikahi kedua-duanya. Beberapa saat kemudian, datanglah sms dari pacar pertamanya yang mengatakan bahwa ia baru saja minum Sprite empat kaleng yang dicampur dengan garam dan kontan langsung menstruasi, tapi menurut pengakuan si pacar, sakitnya melebihi menstruasi biasanya. “Kok bisa ya, San?” langsung ku jawab, “Sakit orang yang menggugurkan kandungan konon jauh lebih sakit dibanding melahirkan secara normal. Atau paling tidak pacar pertamamu itu merasakan sakit seperti sakitnya orang keguguran.” Begitu jelasku pada Ram. Tentu saja sepengetahuanku. (lebih…)


Perek (perempuan ekslusif) atau yang biasa kita kenal dengan cewek cabutan kelas atas atau yang biasa kita tahu sebagai mereka yang menerapkan tarif 400-1.000 per kencan sangat banyak berkeliaran di kota-kota metropolitan termasuk kota Surabaya. Tak sulit menemukannya, tinggal kontak agency atau perantaranya atau yang biasa disebut sebagai “joki” maka mereka akan siap datang (tentu dengan kesepakatan harga). Tapi bukan itu yang akan jadi rasanan saya kali ini. Tapi lebih pada gaya hidup mereka yang harus dibayar mahal dan mulut manisnya yang mengandung bisa di sisi lain. (lebih…)


Pagi ini, saya mencuci motorku di depan rumah. Saat itu ada seorang anak SD keturunan Tionghoa sedang menjemput temannya yang anak Madura. Tiba-tiba ada seorang anak Jawa yang lewat dan mengolok-olok anak keturunan Tionghoa itu dengan perkataan “Cino!” dengan nada penghinaan. Saya naik pitam gara-gara itu. Langsung saja saya bentak anak Jawa itu dengan berkata, “Heehh. Gak oleh ngomong koyok ngono iku!- tidak boleh ngomong seperti itu!-“ saya betul-betul langsung kehilangan selera mencuci motor gara-gara perkataan rasial itu. Bagi saya siapapun Anda, baik Anda Cina, Jawa, Madura, Bugis, Betawi, Melayu ataupun negro semuanya sama. Tak ada yang boleh memperlakukan berbeda apalagi menghina golongan lain hanya gara-gara dia berbeda dengan kita. Dan itu harga mati bagi saya. Beberapa waktu saya mencoba menguasai diri. Mencoba untuk tak memarahi lanjut anak yang mengolok-olk tadi sambil mencoba memahami kenapa anak tadi mengolok-olok si anak keturunan Tionghoa. (lebih…)