Archive for the ‘Motivasi’ Category


Bahasa Inggris sangat digalakkan,
Bahasa Arab katanya kampungan.

(Rhoma Irama)

Tulisan ini muncul saat Prof. Sukron Kamil, guru besar bahasa Arab di UIN Jakarta saat mengutip lirik lagu Rhoma Irama di atas yang ditulis oleh seorang kawan, Dr. Mauidlotun Nisa’ dalam sidang promosi doktoral nya di Sekolah Pascasarjana UIn Jakarta.

(lebih…)


sleep-learningMalas, sifat ini mengasyikkan, melenakan, dan sering kali berbuah penyesalan di kemudian hari. Tapi tak ada satu orang pun yang tidak pernah mengalami rasa malas, semua dari kita pasti pernah mengalami perasaan ini. tatkala ini terjadi lalu apa yang bisa kita perbuat?

Malas itu sebenarnya adalah perpaduan antara rasa nyaman berdiam diri, masih ingin beristirahat dari segala kegiatan atau kegiatan tertentu, hingga karena merasa kurang memiliki motivasi untuk melakukan hal dimaksud. Tatkala hal ini menyerang lalu apa yang bisa kita perbuat? Untuk menjawab hal ini tentu kita harus menganalisis kenapa kita merasa malas. Ada dua faktor paling berpengaruh terhadap timbulnya rasa malas; fisik dan psikis. (lebih…)


Beberapa hari ini atau mungkin sudah sekitar seminggu lebih, saya merasa bahwa saya tidak lagi produktif.  Tak ada tulisan serius yang saya hasilkan untuk disertasi saya dan tidak pula untuk bahan presentasi di seminar yang akan saya isi bulan depan di Sydney dan bulan depannya lagi di Marlbourne. Rasanya diri ini sangat malas sekali melakukan sesuatu. Semacam tak ada gairah. Jangankan untuk membaca dan menulis untuk bergerak pun malas. Selepas bangun tidur dan salat, saya terjebak untuk bersantai-santai di tempat tidur sambil bermain hape. Membuka aplikasi sosial media, mulai dari fesbuk, instagram, twitter, dan lain-lain. Saya suka mengupdate status atau sekedar berkomentar atas status kawan-kawan di fesbuk. Melihat komentar orang-orang di instagram saya sekaligus mencari gambar-gambar lucu. Berhari-hari saya merasa seprti itu. Berolahraga pun rasanya malas sekali. Akibatnya, kesehatan saya beberapa hari ini memburuk, perut rasanya mual dan kepala pening. Hingga satu titik, saya memutuskan untuk mengakhiri semua kemalasan ini. (lebih…)


Sebagan besar orang-orang di Indonesia beranggapan bahwa menjadi anak pejabat itu enak. Fasilitas semua ada, ingin apa saja dituruti, dan hidup terpandang. Anggapan itu pulalah yang saya amini hingga suatu ketika kehidupan mengajarkanku hal lain. Setidaknya saya punya beberapa kawan anak para pejabat di Indonesia. Dan ternyata saya menemukan kenyataan lain. Menjadi anak pejabat itu tidak melulu enak. Ketidak enakan itu berasal dari kebebasan yang seringkali terengut saat kita menjadi anak pejabat. Saya beruntung dilahirkan sebagai anak orang biasa-biasa saja. Tak ada ekspekstasi berlebihan dari orang tua saya, kecuali hanya jadilah orang baik dan jagalah solatmu. Sudah itu saja. Selain itu mau saya jadi apa, mau saya kemana, mau saya lulus dengan menjadi nomor satu atau nomor buntut, bagi orang tua saya semua hal itu tidak jadi persoalan. Dengan kata lain, saya diberikan kemerdekaan untuk jadi apa saja tanpa fasilitasi dari orang tua karena memang orang tua saya tidak punya fasilitas berlebihan. Doa setiap hari dan malam dari orang tua untuk saya sudah lebih dari cukup bagi saya. (lebih…)


Tiba di Autralia pada musim panas (summer) menjadikanku harus kerja keras untuk menyesuaikan diri. Malam pada musim panas di Australia sangat larut jika dibanding Indonesia. Magrib di bulan Februari ini ada di kisaran jam 8 malam. Isya’nya baru dimulai saat jam menunjukkan sekitar jam 9.30 malam. Siangnya lebih panjang. Karena subuh di sini sudah dimulai dari jam lima pagi hingga sekitar jam 6.30 pagi. Jika Anda adalah orang yang terbiasa beraktifitas selama sehari penuh, menunggu isya’ bisa jadi menjadi sebuah perjuangan sendiri. Karena jam 7 malam mata kita terkadang sudah mulai redup. Apalagi bagi kita yang biasa melaksanakan puasa senin kamis. Selain siang yang 3 jam lebih panjang. Udara di sini juga relatif lebih kering. Sehingga jika Anda adalah seorang guru atau orang yang aktif di luar ruangan, maka sebentar-sebentar bisa terasa haus. Tapi semuanya terserah kita yang penting puasa bukan berarti menjadikan kita tidak professional. Alasan keagamaan apapun tidak akan ditoleransi orang jika itu menghalangi profesionalitas Anda karena agama di sini adalah masalah private, dan masalah private bukan urusan orang lain. (lebih…)


jujur tulisan ini dilatarbelakangi rasa sebel saya saat membaca disertasi seorang kawan bernama Mahrus As’ad (dosen STAIN Metro) yang mensifati paham jabariyah sebagai jumud, tidak kreatif, masa bodoh, dan tidak bergairah menghadapi kehidupan. Lebih lengkapnya berikut adalah tulisannya:

manusia fatalis (jabariyah) adalah manusia yang terlalu menonjolkan sikap pasrah berlebihan terhadap taqdir Allah, akibat kuatnya pengaruh teologi Jabariyah dari al-Asy’ari yang cenderung fatalistis, serta ajaran  tasawuf yang mengedepankan qana’ah secara pasif, yaitu sikap menerima taqdir Tuhan secara total, sehingga menyebabkan terabaikannya kemampuan dan ikhtiat manusia. Keyakinan ini pada gilirannya membawa manusia pada sikap berserah dan bergantung sepenuhnya pada kekuasaan mutlak Tuhan, nrimo, jumud, masa bodoh, tidak kreatif, tidak bergairah menghadapi kehidupan, dan mudah menyerah pada nasib (taqdir) yang secara determinan telah ditentukan Tuhan sebelumnya (Mahrus Mas’ud, 2008, 236)

(lebih…)


 “Astaghfirullah… ente iki piye. Ngakunya keberuntungan selalu memihakmu, tapi kok HP bolak-balik ilang? Web bolak-balik di-hack? -_-“.

Kalimat tersebut adalah balasan kawan saya via email yang menyatakan bahwa web saya sering kena hack dan hape saya hilang sehingga semua nomor kawan saya ikutan hilang termasuk nomor dia. Dulu saya pernah berujar kepadanya bahwa saya adalah manusia yang selalu diliputi keberuntungan, (lebih…)